Cianjur, Liputan-6plus.com
Krisis kepercayaan yang melanda beberapa desa di Indonesia termasuk di Kabupaten Cianjur menjadi fenomena yang kian mengkhawatirkan.
Ketika warga desa mulai meragukan integritas dan niat baik para pemimpinnya, tatanan sosial yang selama ini dibangun di atas asas gotong royong mulai runtuh secara perlahan.
Penyebab utama dari krisis ini biasanya berakar pada kurangnya transparansi dalam pengelolaan anggaran desa, penyalahgunaan wewenang, dan komunikasi yang minim antara pemerintah desa dan warganya.
Banyak kepala desa yang sebelumnya dipilih karena dianggap jujur dan mampu, lambat laun kehilangan kepercayaan masyarakat setelah terseret dalam isu-isu yang merugikan publik, seperti korupsi dana desa atau nepotisme dalam pengambilan keputusan.
Dampak dari krisis kepercayaan ini sangat nyata. Partisipasi warga dalam kegiatan desa menurun drastis. Musyawarah desa yang dulunya ramai kini sering sepi.
Masyarakat menjadi apatis dan enggan terlibat dalam program-program pembangunan. Bahkan, bantuan atau proyek yang seharusnya membawa manfaat, kini dipandang dengan curiga oleh warga.
Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya langkah-langkah strategis dari pemimpin desa maupun pendamping desa. Transparansi anggaran dan pelibatan aktif masyarakat dalam perencanaan hingga pelaksanaan program sangat penting.
Selain itu, diperlukan juga pembinaan karakter dan integritas bagi aparat desa agar mampu menjalankan tugas dengan jujur dan adil.
Krisis kepercayaan tidak bisa dipulihkan dalam semalam. Namun dengan komitmen, keterbukaan, dan kepemimpinan yang bijak, harapan untuk membangun kembali kepercayaan itu tetap terbuka lebar.
Kepercayaan adalah fondasi utama bagi pembangunan desa yang berkelanjutan dan harmonis.
Cep Awan