Cianjur,Jabar Liputan-6plus.com
Maraknya oknum yang mengaku sebagai wartawan menjadi perhatian serius. Masyarakat perlu jeli membedakan antara jurnalis profesional yang bekerja di bawah naungan media terverifikasi dengan mereka yang hanya memanfaatkan atribut kewartawanan untuk kepentingan pribadi. Pemahaman yang keliru dapat berujung pada disinformasi dan bahkan pemerasan.
Wartawan resmi bekerja berdasarkan kode etik jurnalistik dan terikat pada perusahaan media yang jelas. Mereka memiliki kartu pers yang sah, dikeluarkan oleh organisasi pers yang diakui atau perusahaannya.
Liputan mereka bertujuan untuk menyampaikan informasi yang akurat, berimbang, dan bermanfaat bagi publik. Proses verifikasi fakta menjadi landasan utama dalam setiap pemberitaan.
Sebaliknya, “wartawan bodong” seringkali tidak memiliki afiliasi media yang jelas atau menggunakan identitas palsu. Tujuan mereka bisa beragam, mulai dari mencari keuntungan materi hingga menyebarkan narasi yang tendensius.
Mereka cenderung menghindari proses verifikasi yang ketat dan tak jarang melakukan praktik-praktik yang melanggar hukum.
Masyarakat memiliki peran penting dalam memberantas praktik wartawan bodong. Langkah sederhana seperti meminta kartu pers dan mengonfirmasi keabsahannya kepada redaksi media yang bersangkutan dapat menjadi tameng.
Jangan ragu untuk menolak permintaan yang mencurigakan dan melaporkannya kepada pihak berwenang jika merasa terancam.
Keberadaan wartawan bodong tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga mencoreng citra jurnalisme yang kredibel. Untuk itu, sinergi antara media, masyarakat, dan aparat penegak hukum menjadi krusial dalam memberantas praktik ini demi menjaga kualitas informasi dan melindungi kepentingan publik. Kewaspadaan adalah kunci.
Cep Awan
